Minggu, 18 - Oktober - 2009, 14:46:37
BANDUNG, itb.ac.id - Krisis energi sampai saat ini masih menjadi topik yang diperbincangkan banyak pihak. Masyarakat pada kenyataannya masih belum bisa menggunakan energi secara efisien, sesuai kebutuhan. Rumah, sebagai salah satu kebutuhan pokok manusia, justru menjadi wahana dimana kita menggunakan energi terbanyak, padahal seharusnya dari rumahlah kita memulai untuk menghemat energi. Dilatarbelakangi hal tersebut, mahasiswa Teknik Fisika 2008 mengadakan seminar Energy Saving: Future House, Jumat(16/10/09) lalu, bertempat di Auditorium Campus Center ITB.
Hadir sebagai pembicara, Surjamanto Wonorahardjo, staf pengajar Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), Edi Leksono, staf pengajar Program Studi Teknik Fisika, dan Dharmawan Handonowarih, Chief Editor Majalah IDEA. Disampaikan oleh Surjamanto, rumah membutuhkan energi untuk mendukung berbagai aktifitas penghuniannya. Secara umum, peranan rancangan bangunan dalam pembangunan energi di rumah tinggal terbatas pada penerangan dan pengkondisian udara, seperti contohnya di Jakarta, sebagian besar energi yang digunakan hanya untuk mendinginkan ruangan dan justru akan memberi kalor lebih banyak ke lingkungan sekitar.
Gaya rancangan bangunan rumah tinggal juga berpengaruh pada tingkat konsumsi energi bangunannya. Seperti layaknya saat ini, banyak rumah bergaya modern-minimalis yang ciri estetikanya diperlihatkan melalui bidang dan garis. Padahal justru penggunaan gaya rancangan seperti ini memberikan banyak konsekuensi, banyak bidang yang tidak terlindungi sehingga mengurangi kualitas pencahayaan dan penghawaan alami, sehingga asti berujung meningkatkan konsumsi energi listrik untuk melakukan pendinginan dan pencahayaan.
Tingkat penggunaan energi merupakan tantangan bagi kualitas rumah tinggal di masa mendatang. Selain peningkatan efisiensi, para perencana bangunan ditantang untuk mengoperasikan bangunan dengan energi sesedikit mungkin dan memanfaatkan berbagai sumber energi alternatif yang ada. Untuk konteks Indonesia dimana banyak sinar maahari, perencana bangunan banyak direpotkan oleh gangguan yang ditimbulkan oleh energi tersebut. Selain itu, aplikasi pencahayaan dan penghawaan alami banyak yang tidak berhasil, sehingga meninmbulkan ketidakpercayaan masyarakat pada teknologi alami. Oleh karena itu, dibutuhkan berbagai inovasi baru dalam peningkatan penggunaan pencahayaan dan penghawaaan alami agar konsep-konsep tersebut dapat diterima masyarakat dan juga dapat mengurangi penggunaan energi berlebih di rumah tinggal.
"Dengan mengikuti seminar ini saya harap kita dapat memahami manajemen energi yang tepat dan dapat menerapkan aplikasi sederhana mulai dari rumah kita sendiri," ujar Samuel Yonathan, ketua Seminar energy Saving ini.